Guru SD Mutuba Juara Jemparingan se-Jawa-Bali, Teladan di Tengah Semangat Panahan Tradisional

 

Ibu Riska Juara 2

SD MUTUBA - Satu lagi kabar menggembirakan datang dari SD Muhammadiyah 1 Bangkalan (Mutuba). Salah satu guru inspiratifnya, Riska Fenditia Ningrum, berhasil meraih Juara 2 kategori Jemparingan Putri dalam ajang JcArFest 2025 (JCC Archery Festival) yang digelar di MAN 3 Banyuwangi, Ahad (6/7/2025).

Lomba panahan tradisional tingkat Jawa-Bali ini mengusung tema "Ngudhari Warisan, Nggayuh Kemenangan", sebagai bagian dari pelestarian budaya panahan Nusantara. Ratusan pemanah dari berbagai daerah hadir memeriahkan ajang yang menjadi bagian dari road to Fornas NTB 2025 ini.

Di tengah peserta yang didominasi atlet dan komunitas panahan, nama Ibu Riska muncul sebagai kejutan. Ia tampil tenang dan konsisten saat menembakkan anak panahnya ke target berjarak 30 meter, khas jemparingan. Hasilnya, ia berhasil menduduki peringkat kedua, mengungguli puluhan peserta lainnya.

Teladan bagi Siswa

Menariknya, Ibu Riska adalah guru Bahasa Madura yang aktif dalam berbagai kegiatan sekolah, dan baru beberapa tahun terakhir mengenal olahraga panahan.

“Saya ingin memberi contoh bahwa siapa pun bisa mencoba, belajar, dan berprestasi. Termasuk anak-anak kami,” ujarnya.

Ia juga menambahkan, bahwa panahan bukan hanya tentang teknik, tetapi tentang ketenangan dan pengendalian diri. "Ada banyak nilai karakter yang bisa dipetik dari memanah, dan itu yang saya rasakan langsung selama proses latihan dan lomba,” tuturnya.

Panahan sebagai Budaya Sekolah

SD Muhammadiyah 1 Bangkalan dikenal aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya ekskul panahan. Kegiatan ini telah berlangsung rutin setiap minggu, dan menjadi salah satu favorit siswa. Beberapa siswa bahkan sudah mulai mengikuti kejuaraan tingkat lokal dan kabupaten.

Kepala Sekolah SD Mutuba, Isrotul Sukma, menyambut bahagia pencapaian tersebut.

“Prestasi Bu Riska adalah bukti bahwa guru bisa menjadi teladan bukan hanya di kelas, tapi juga dalam semangat belajar sepanjang hayat. Ini akan menjadi pemantik semangat bagi siswa untuk lebih mencintai olahraga warisan budaya ini,” tuturnya.

Beliau menambahkan, keikutsertaan guru dalam kompetisi seperti ini dapat menjadi langkah nyata dalam membangun culture of achievement di lingkungan sekolah.

“Keteladanan seperti inilah yang akan membekas di hati siswa. Bahwa belajar tidak berhenti meskipun sudah menjadi guru. Dan prestasi tidak mengenal usia, melainkan semangat dan komitmen,” tambahnya.

Menuju Sekolah Berprestasi dan Berkarakter

Dengan torehan ini, Ibu Riska tidak hanya membawa pulang piala, tetapi juga semangat baru untuk Mutuba. Semangat untuk terus maju, berprestasi, dan menghidupkan nilai-nilai budaya dalam pendidikan.

Sekolah pun berencana memperkuat pembinaan ekskul panahan dan mengikutsertakan siswa-siswinya di berbagai ajang yang relevan. Harapannya, panahan bukan sekadar kegiatan tambahan, tetapi menjadi bagian dari karakter siswa Mutuba yang fokus, sabar, sportif, dan mencintai budaya bangsanya.


Penulis : Sofi Koesminarsih
Lebih baru Lebih lama