SD Mutuba - Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti ruang belajar SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) pada 22 April 2025 dalam agenda Open Class Teacher Laboratory Conference (TLC) 2025. Mengangkat tema “Smart Watering, Smarter Thinking: Implementasi Pembelajaran Mendalam dengan Strategi Design Thinking”, kegiatan ini menjadi panggung eksplorasi pembelajaran yang inovatif dan reflektif.
Salah satu peserta yang turut hadir sebagai observer dari SD Muhammadiyah 1 Bangkalan adalah Ibu Intan Novianti Nur Hidayah. Setelah mengikuti sesi Lesson Design sebelumnya pada 17 April 2025, Ibu Intan mengungkapkan pengalaman menariknya saat mengikuti Open Class di kelas IPA 6 Dr. Soetomo yang dibimbing oleh Umi Syarifah, S.Si.
“Dalam kegiatan open class hari ini, saya bersama peserta lain hadir sebagai observer. Guru pengajar membuka pembelajaran dengan memunculkan tahap empathize, mengenalkan siswa pada masalah nyata yang terjadi di sekitar sekolah,” tutur Ibu Intan.
Tak hanya itu, siswa diajak melakukan praktik langsung ke luar kelas untuk mengumpulkan data. Data tersebut menjadi pijakan pada tahap define, di mana siswa mulai memunculkan ide-ide sebagai solusi. Di sinilah kemampuan berpikir kritis (critical thinking) mulai tampak dari siswa.
Hal menarik lainnya adalah penggunaan aplikasi interaktif Mentimeter saat siswa diminta mengidentifikasi aset sekolah. “Pembelajaran menjadi begitu interaktif dan kolaboratif,” tambahnya.
Menurut Ibu Intan, tujuan dari kegiatan buka kelas ini adalah menemukan “masalah-masalah tak terhindarkan” dalam proses belajar siswa sesuatu yang kerap luput dari pandangan sehari-hari. “Bisa dibilang, kegiatan ini mengajak kita untuk ‘melihat yang tak terlihat’ dari sudut pandang siswa saat belajar,” jelasnya.
Ia berkesempatan mengamati dan mengidentifikasi temuan unik dari siswa-siswa kelas 6 yang tengah mempelajari materi energi dalam pelajaran IPA. “Seru sekali mengamati mereka dengan segala keunikannya,” ungkapnya antusias.
Kegiatan diakhiri dengan sesi refleksi bersama para guru observer. “Kami saling berbagi dan mendiskusikan ‘temuan-temuan’ dari siswa semacam ‘meng-ghibahkan’ siswa tapi dalam konteks pembelajaran,” ucapnya sambil tersenyum.
Dari diskusi reflektif itu, muncul banyak pandangan tajam yang memperkaya cara pandang para guru terhadap proses pembelajaran. “Ini jadi bahan bakar kami untuk terus mengembangkan kualitas belajar-mengajar ke depannya,” tutup Ibu Intan.
Penulis : Sofi Koesminarsih